Fiersa Besari

Nama Fiersa Besari awalnya dikenal sebagai musisi indie dari Bandung. Dia aktif bermusik sebagai vokalis band indie post rock Climacteric hingga menelurkan album bertajuk ’11:11′ (2012) dan berlanjut dua album berikutnya.

Tulisan-tulisan Fiersa kerap diunggah di dunia maya. Publik pun makin mengenalnya. April 2013, pria yang akrab disapa Bung itu mulai berkeliling Indonesia.

Dia mencoba mencari jati diri dan memahami arti dari perjalanan. Selama delapan bulan, Fiersa mulai menjelajah dari kota asalnya di Bandung lalu ke Sumatera sampai Titik Nol di Pulau Sabang.

Berlanjut ke Sulawesi sampai Jayapura di Tanah Papua. Fiersa tak lagi menjadi musisi indie yang mencari keeksisan dalam berkarya.

Sejak buku ‘Garis Waktu’ diterbitkan oleh MediaKita (Agromedia Group), dia mantap berkiprah sebagai penulis. “Dari awal musik dulu, menulis itu bagi saya cuma senang-senang saja. Bukan jadi pembaca buku yang gila, tapi intensitas membaca saya sudah lebih baik dari dulu,” ujar Fiersa Besari.

Dari perjalanan selama delapan bulan, aktivitas membaca buku, mencatat atau menulis, serta mengobrol dengan warga sekitar menjadi kegiatan sehari-hari. “Saat itu nulis blog juga tapi dengan diksi yang luar biasa hancur.”

Kata-kata yang digoreskan pendiri Komunitas Pecandu Buku itu mampu menghipnotis para penggemar dan pembaca setianya. Tak sembarang kata-kata romantis, secara sederhana tulisannya membawa pesan yang lebih mendalam.

Sejak September 2016 sampai kini, Fiersa sudah menerbitkan tiga buku. ‘Garis Waktu’ yang memuat pemikirannya berhasil terjual lebih dari 10 ribu eksemplar. Buku kedua ‘Konspirasi Alam Semesta’ diterbitkan dengan konsep album buku (Albuk), dan ‘Catatan Juang’ yang merupakan spin-off dari buku sebelumnya.

Berikut adalah kata kata mutiara Fiersa Besari, Penulis dan pemusik dari Indonesia.

1. “Ternyata, bangun lebih pagi adalah pembunuh gerutu. Karena kita punya waktu untuk secangkir kopi, setampuk lamunan, dan secarik rindu.” – Fiersa Besari

2. “Ternyata memang benar, ketika pujian membuat seseorang besar kepala, ia tidak lagi besar hati untuk menerima saran.” – Fiersa Besari

3. “Nyatakan perasaan, hentikan penyesalan, maafkan kesalahan, tertawakan kenangan, kejar impian. Hidup terlalu singkat untuk dipakai meratap.” – Fiersa Besari

4. “Jangan cuma lihat senangnya, coba rasakan sedihnya. Hidup siapa pun tidak ada yang sempurna.” – Fiersa Besari

5. “Kadang, yang terindah tak diciptakan untuk dimiliki. Cukup dipandangi dari jauh, lalu syukuri bahwa ia ada di sana untuk dikagumi dalam diam.” – Fiersa Besari

6. “Jangan ambil apa pun, termasuk foto. Jangan tinggalkan apa pun, termasuk jejak. Jangan buang apa pun, termasuk waktu,” ujar hutan pada manusia yang tidak bisa menepati janjinya. – Fiersa Besari

7. “Dijaga, bukan dikekang. Dipeluk, bukan dicekik. Dipercayai, bukan dicurigai. Diperjuangkan, bukan dipaksakan.” – Fiersa Besari

8.”Bagi beberapa orang, move on tidak semudah itu. Ada pengalaman pahit dan trauma yang membuat seseorang enggan membuka hati untuk orang baru. Kita pernah merasakan itu. Alangkah tidak baiknya memaksa seseorang move on jika kita tidak tahu latar belakangnya.” – Fiersa Besari

9. “Mungkin, kita terlalu pandai berpura-pura hingga kita lupa bahwa kita sedang berpura-pura. Dan akhirnya kepura-puraan tersebut kita anggap kebenaran.” – Fiersa Besari

10. “Tidak pernah terlalu pagi untuk berbahagia. Tidak pernah terlalu siang untuk memaafkan.” – Fiersa Besari

11. “Kita butuh empati, lebih dari penghakiman. Butuh berbagi pendapat, lebih dari penghukuman. Butuh solusi, lebih dari sekadar kritik dan makian. Karena, yang lebih menyedihkan dari melihat seseorang yang berbuat kesalahan, adalah melihat orang-orang memaki seseorang yang berbuat kesalahan.” – Fiersa Besari

12. “Tidak perlu terlalu bergantung pada orang lain. Orang lain juga punya kepentingan masing-masing.” – Fiersa Besari

13. ““Perasaan” tidak pernah salah, tidak pernah bisa diatur. Cara menyikapi dan mengutarakannya yang menentukan apakah kita akan salah atau tidak.” – Fiersa Besari

14. “Menyalahkan pengakuan orang lain itu mudah. Mengakui kesalahan sendiri itu yang sulit.” – Fiersa Besari

15. “Menolong orang tidak perlu diiming-imingi ‘Nanti dapat pahala dan rezeki berlipat ganda’ Karena ketulusan tidak mengharapkan imbalan.” – Fiersa Besari

16. “Hujan dan gebetan itu mirip. Ada yang mengaku suka, tapi hanya memandangnya dari tempat duduk yang hangat, berkata-kata romantis tanpa pernah mau bersinggungan. Ada yang betulan suka, mengalahkan rasa tidak nyaman, langsung berinteraksi dengannya meski berisiko sakit.” – Fiersa Besari

17. “Selalu ada hari baru untuk setiap napas. Selalu ada kesempatan baru untuk kembali tersenyum. Patah hati tidak harus selamanya, kan?” – Fiersa Besari

18. “Tunjukkan kegelapan dan aku bisa melihat cahaya. Tunjukkan semua keburukanmu dan aku masih bisa melihat kebaikan yang tersisa.” – Fiersa Besari

19. “Membenci dan mencemburui masa lalu adalah hal yang melelahkan. Kita takkan pernah bisa mengubahnya, kita hanya bisa belajar darinya.” – Fiersa Besari

20. “Apakah kota masih untuk manusia, jika kita lahir, sekolah, kuliah, bekerja, lantas mati bagai robot yang tak mengerti alasan sebenarnya kenapa diutus ke muka bumi?” – Fiersa Besari

21. “Tidak perlu pelit ilmu. Semua orang bisa memegang gitar yang sama, tidak semuanya akan memainkan lagu yang sama.” – Fiersa Besari

22. “Jangankan dipaksa melupakan, dipaksa tidur saja tidak enak.” – Fiersa Besari

23. “Kesalahan kebanyakan orang adalah terlalu mempermasalahkan asal muasal yang berbeda, kemudian lupa menyamakan arah tujuan.” – Fiersa Besari

24. “Saya masih saya yang sama. Caramu menilai saja yang mungkin berbeda.” – Fiersa Besari

25. “Kau unik; satu-satunya di antara tujuh miliar manusia. Tidak perlu mengklasifikasikan sifatmu dalam batas zodiak atau golongan darah.” – Fiersa Besari

26. “Banyak-banyak baca buku. Agar tidak gampang menerima informasi mentah-mentah.” – Fiersa Besari

27. “Jatuh cinta bagi beberapa orang: Saling menipu diri dengan profile picture penuh manipulasi.” – Fiersa Besari

28. “Cobaan bukan alasan untuk berhenti mencoba.” – Fiersa Besari

29. “Betapa banyak dari kita senang meributkan hal-hal kecil hingga terlupa akan gambaran besarnya.” – Fiersa Besari

30. “Semakin kuat dirimu, semakin banyak yang ingin melemahkanmu. Semakin besar dirimu, semakin banyak yang ingin mengerdilkanmu. Semakin bebas dirimu, semakin banyak yang ingin mengekangmu. Semakin kau menjadi dirimu, semakin banyak yang ingin menjadi dirimu.” – Fiersa Besari

31. “Sebaik-baiknya cendera mata, bukanlah yang indah dipajang di lemari, melainkan yang indah dikenang di hati.” – Fiersa Besari

32. “Menurut saya, istilah “pelakor” yang berarti “perebut lelaki orang” terasa kurang tepat. Hati seseorang tidak bisa direbut kalau ia tidak ingin direbut. Selingkuh itu butuh persetujuan minimal dua orang.” – Fiersa Besari

33. “Enak atau tidaknya ucapan “selamat malam” dan “selamat pagi” itu tergantung siapa yang mengucapkan.” – Fiersa Besari

34. “Tidak perlu semuanya diceritakan pada dunia. Tetap sisakan misteri. Bukankah rasa penasaran yang membuat mereka terus menggali lebih dalam tentangmu?” – Fiersa Besari

35. “Lebih baik memastikan biarpun menyakitkan, daripada selamanya bertahan dalam ketakutan.” – Fiersa Besari

36. “Hidup dapat sangat mengecoh. Yang kita percaya bisa menikam dari belakang. Yang kita hindari malah mampu jadi penyelamat.” – Fiersa Besari

37. “Cara terburuk untuk patah hati adalah dengan memperlihatkan pada orang yang sudah membuat kita patah hati bahwa kita semenyedihkan itu. Jangan! Buktikan bahwa hidup kita lebih baik tanpa dia. Bekerja lebih keras, berkarya lebih banyak.” – Fiersa Besari

38. “Di dunia ini, ada yang jika diselingkuhi akan pergi meski sakit, lalu memulai hidup baru dengan orang lain. Ada juga yang jika diselingkuhi akan membalas dendam dengan karya, lalu sukses. Ada juga yang jika diselingkuhi akan mencoba bunuh diri.” – Fiersa Besari

39. “Ternyata betul, semakin kita memandang segala sesuatu dengan negatif, semakin dunia memandang kita dengan negatif pula. Semakin kita berbagi kebaikan, semakin banyak pula kebaikan yang kita dapatkan. Teori ini tidak penah terlalu tua.” – Fiersa Besari

40. “Bertualang itu tidak harus selalu berpasangan, karena yang terpenting adalah menjadi rumah untuk satu sama lain.” – Fiersa Besari

41. “Ada yang memandang ia yang angkuh menjulang. Ada yang menanti ia yang tak punya hati. Ada yang lupa bahwa jatuh cinta tidak diminta. Ada yang lupa bahwa rasa tidak bisa dipaksa.” – Fiersa Besari

42. “Mau dibungkam dengan cara apa pun, mau disudutkan dengan isu apa pun, kebenaran tetaplah kebenaran. Ia akan hadir dengan caranya sendiri.” – Fiersa Besari

43. “Kalau tiap hari dipamerkan, mungkin ada baiknya mulai dipertanyakan: itu pasangan atau pajangan?” – Fiersa Besari

44. “Jangan sampai bekerja, tapi malah dikerjain. Bermanfaat, tapi malah dimanfaatin.” – Fiersa Besari

45. “Kalaupun harus gagal, setidaknya gagal dengan cepat dan tegas. Daripada berputar-putar, masuk friendzone, jadi teman curhat, menunggu dia putus, main kode, berusaha jujur, eh sudah begitu gagal-gagal juga.” – Fiersa Besari

46. “Manusia berevolusi dari bertanya “kamu udah punya pacar belum?” ke tidak bertanya dan lebih memilih untuk stalking Instagram lalu menyimpulkan seseorang sudah punya pacar atau belum dari ada atau tidak foto couple ber-caption romantis di feed-nya.” – Fiersa Besari

47. “Beberapa orang takut mengutarakan pendapat karena takut kehilangan pendapatan.” – Fiersa Besari

48.”Bahasa kita berbeda, agama kita berbeda, budaya kita berbeda, bukankah itu indah? Acungkan kepalmu, Kawan. Lawan ketidakadilan. Satukan semangat kita, anak semua bangsa.” – Fiersa Besari

49. “Ada yang bernapas tapi tidak bersyukur; merdeka tapi memilih dipenjara; tersenyum tapi tidak bahagia; bernyawa tapi tidak benar-benar hidup.” – Fiersa Besari

50. “Semoga kekurangajarannya mengajarimu sesuatu.” – Fiersa Besari

51. “Kau tahu, kan, ada yang sepandai itu menebar pesona, memberi harapan, membuat caption yang seolah-olah untukmu, membuatmu senyum-senyum sendiri. Jangan senang dulu. Siapa tahu, dia seperti itu ke banyak orang.” – Fiersa Besari

52. “Perjuangan tidak melulu soal maju dan menyerang. Terkadang juga soal berdiri dan bertahan.” – Fiersa Besari

53. “Wahai yang berpasangan, tidak perlu mengejek yang sendirian. Yang sendirian belum tentu akan berpasangan. Tapi yang berpasangan suatu saat nanti pasti akan sendirian.” – Fiersa Besari

54. “Saya tidak setuju dengan apa yang Anda katakan, tapi saya akan membela sampai mati hak Anda untuk mengatakan itu,” kalimat milik Voltaire yang pas untuk menyikapi kartu kuning. Kita tidak harus sependapat, bukan berarti kita mesti menghadapi perbedaan pendapat dengan makian. – Fiersa Besari

55. “Biarlah dia mirip aku, mereka mirip mereka, atau siapa mirip siapa. Yang kutahu, kau mirip jodohku.” – Fiersa Besari

56. “Iya, tapi …,” adalah bentuk setuju untuk tidak setuju. – Fiersa Besari

57. “Kalau sampai rindu, aku tidak akan bilang-bilang, aku akan datang. Tidak ada yang berat, selama hati kita masih erat.” – Fiersa Besari

58. “Tapi, sehebat-hebatnya pengkritik, takkan berani mengkritik pasangan yang sedang sensi. Percayalah, saya sudah mencoba, dan hasilnya buruk.” – Fiersa Besari

59. “Betapa menyedihkan melihat anak-anak muda takut mengungkapkan pendapatnya pada orang-orang yang mereka idolakan, hanya karena takut idolanya marah, menyebarluaskan opini mereka, lalu berujung memblokir.  Padahal, kritik adalah salah satu bahan baku berkarya, bukan hanya sanjungan.” – Fiersa Besari

60. “Lebih baik bilang duluan, daripada keduluan orang lain.” – Fiersa Besari

61. “Beberapa orang terpejam saat melihat, terpenjara padahal merdeka, menunduk walau harusnya menengadah, mati meski masih bernapas.” – Fiersa Besari

62. “Sudah sama-sama dewasa, tidak lelah main kucing-kucingan?” – Fiersa Besari

63. “Manusia: Yang sendiri ingin berdua. Yang berdua ingin sendiri. Yang sendiri ingin berdua. Yang berdua ingin orang ketiga.” – Fiersa Besari

64. “Tak usah repot-repot menyisakan ruangan di hatimu untuk seseorang yang tidak mau menetap.” – Fiersa Besari

65. “Lain kali main ke hatimu, aku mau bawa spidol permanen supaya bisa menulis namaku di sana.” – Fiersa Besari

67. “Senyum saja. Tidak perlu banyak marah-marah. Nanti cepat tua. Daripada tua sendiri, lebih baik tua berdua bareng saya.” – Fiersa Besari

68. “Tidak semua yang makin berisi makin menunduk. Beberapa harus menengadah dan melawan.” – Fiersa Besari

69. “Perasaan tidak bisa dilarang-larang. Tapi, bukan berarti tidak bisa disikapi dengan bijaksana.” – Fiersa Besari

70. “Kita adalah titik-titik kecil yang terkorelasi oleh Alam Semesta. Duka mereka, duka kita. Sakit mereka, sakit kita. Doa mereka, doa kita.” – Fiersa Besari

71. “Kapan-kapan” adalah “tidak akan” yang dihaluskan. – Fiersa Besari

72. “Mampukah kekasihmu setangguh aku? Menunggu tapi tak ditunggu. Bertahan tapi tak ditahan.” – Fiersa Besari

73. “Jangan sampai terlalu sibuk menghidupi diri sendiri sampai lupa caranya menikmati hidup sendiri.” – Fiersa Besari

74. “Hal yang paling menyebalkan dari petualangan adalah: sekali kau terkena racunnya, kau akan kecanduan. Kau akan mencari cara untuk kembali berkelana, meski harus menumpang mobil, tidur mengemper. Dan ketika kau tiba di destinasi impianmu, kau tahu semua pengorbanan itu sepadan.” – Fiersa Besari

75. “Padahal, berinteraksi itu sebetulnya mudah: lakukan sesuatu yang jika orang lain lakukan padamu, kau takkan keberatan. Jangan lakukan sesuatu yang jika orang lain lakukan padamu, kau akan marah dan kecewa.” – Fiersa Besari

76. “Tidak apa-apa mencoba, asal siap kecewa.” – Fiersa Besari

77. “Tidak ada pencinta alam senior atau junior. Semua sama di mata semesta; sama-sama harus mawas diri, sama-sama harus rendah hati.” – Fiersa Besari

78. “Ada manusia yg senang mendengar hanya demi menunggu kesempatan untuk mematahkan pendapat orang lain. Ada manusia yg senang diperhatikan tanpa tahu caranya memperhatikan. Ada manusia yg senang menghakimi tanpa pernah mau mengerti sudut pandang orang lain.” – Fiersa Besari

79. “Lucu, kita membentuk pola pikir anak kecil agar tumbuh menjadi seperti kita. Padahal, diam-diam kita rindu menjadi anak kecil lagi.” – Fiersa Besari

80. “Tidak semua yang bersandar, berlabuh. Tidak semua yang singgah, betah.” – Fiersa Besari

81. “Dan aku hanya bisa menjadi pendosa, sementara engkau terus menjadi pendoa. Dan aku selalu sibuk dengan keakuanku, sementara kau selalu sibuk merindukanku.” – Fiersa Besari

82. “Kau boleh lari dari kenyataan, asalkan tahu jalan pulang. Pergi dengan kekanakan, pulang dengan pendewasaan.” – Fiersa Besari

83. “Dalam hidup ini, ada beberapa hal yang tidak ingin saya lakukan, tapi ketika sudah melakukannya, saya bisa sebahagia itu. Berenang bersama pari Manta adalah salah satunya.” – Fiersa Besari

84. “Kalau sampai tenggelam, cari jalan untuk naik ke permukaan. Kembali bernapas, lalu temukan daratan. Jangan sampai mengambang tak tentu arah.” – Fiersa Besari

85. “Kalau sampai tenggelam, cari jalan untuk naik ke permukaan. Kembali bernapas, lalu temukan daratan. Jangan sampai mengambang tak tentu arah.” – Fiersa Besari

86. “Kematian tidak pernah ada bagi mereka yang tahu caranya menghargai ingatan.” – Fiersa Besari

87. “Kalau pacarmu terus-terusan kau bentuk menjadi sesuai imajinasimu; kau paksa ia menjadi apa yang kau mau; kau larang ia mengejar impiannya, bukankah lebih baik kau berpacaran dengan dirimu sendiri saja?” – Fiersa Besari

88. “Sehebat apa pun kau rasa profesimu, tidak ada yang istimewa. Kita semua sama-sama bernapas dan berdarah. Hari ini menggenggam kehidupan, esok mungkin menggenggam kematian.” – Fiersa Besari

89. “Kau tahu apa yang membedakan raja dengan pejuang? Raja sibuk mempertahankan tahta, bersabda, mengumpulkan rakyat dan membela diri seolah ia paling benar. Pejuang diam-diam menyerang, menjatuhkan sang raja dari singgasana. Jangan lupa, dalam catur, raja adalah yang terlemah.” – Fiersa Besari

90. “Karenamu, saya mendefinisikan ulang kata “aku” menjadi tidak boleh egois, “kau” menjadi alasan untuk tetap melangkah, dan “kita” menjadi sesuatu yang harus diperjuangkan.” – Fiersa Besari

91. “Alat itu penting. Ilmu lebih penting.” – Fiersa Besari

92. “Sebuah pertemuan anak-anak manusia yang sedang kasmaran akan selalu terasa singkat, sepanjang apa pun waktu yang dihabiskan.” – Fiersa Besari

93. “Beberapa orang menganggap Sabtu dan Minggu adalah hari kerja sementara lima hari lainnya untuk berlibur.” – Fiersa Besari

94. “Awal kita berbeda, paham kita berbeda, pemikiran kita berbeda, karya kita berbeda, rasa kita berbeda, kita berbeda, lalu untuk apa kau memaksaku menjadi apa yang engkau mau? Tak perlu repot-repot. Aku telah tiba di titik kesadaran di mana hidupku adalah milikku, bukan milikmu.” – Fiersa Besari

95. “Berani bertindak tapi tidak berani berpikir kritis sama saja dengan berjalan tapi tidak tahu ke mana harus mengambil belokan yang tepat.” – Fiersa Besari

96. “Tidak perlu menggali kalau tidak siap menghadapi.” – Fiersa Besari

97. “Hidup adalah tentang hilang, datang, dan segala di antaranya.” – Fiersa Besari

98. “Orang besar, harus siap dikerdilkan. Orang hebat, harus siap dikucilkan. Orang berani, harus siap dibungkam. Orang benar, harus siap dibunuh. ” – Fiersa Besari

99. “Rendahkan hati, bukan rendahkan diri. Dikasihi, bukan dikasihani.” – Fiersa Besari

100. “Karena kita masih bernapas, semoga tidak lupa untuk bersyukur sebelum mengeluh, memberi sebelum meminta, berdoa sebelum berjuang.” – Fiersa Besari

101. “Kadang, kita terlalu banyak berpikir dan terlalu sedikit merasakan, sampai-sampai kita lupa kalau kebahagiaan itu dirasakan bukan dipikirkan.” – Fiersa Besari

102. “Seiring waktu, kita akan mengerti mana yang betulan baik dan mana yang sekadar pencitraan.” – Fiersa Besari

103. “Tidak usah memedulikan cibiran orang-orang. Nanti, pada masanya, mereka akan mengerti mengapa hati kita begitu keras kepala memperjuangkan.” – Fiersa Besari

104. “Meng-copast tulisan idolamu tanpa mencantumkan namanya, itu bukan bentuk rasa kagum. Itu bentuk ingin menyerupai, gagal, lalu memakai jalan pintas agar dibilang keren oleh orang lain.” – Fiersa Besari

105. “Setiap kesalahan adalah bagian dari proses, penanda di peta yang mengatakan kita tidak boleh pergi ke mana. Jadi, untuk apa melupa?.” – Fiersa Besari

106. “Terlalu banyak pekerjaan. Terlalu sedikit waktu. Terlalu ada kamu untuk diperjuangkan.” – Fiersa Besari

107. “Yang tiada, mungkin akan ada. Tapi, yang ada, pasti akan tiada. Yang sendirian, mungkin akan bersama. Tapi, yang bersama, pasti akan sendirian. Jadi yang berpasangan tidak perlu merasa lebih baik dibanding yang jomblo. Karena toh, liang lahat pun tidak diciptakan untuk berdua.” – Fiersa Besari

108. “Kalau punya mesin waktu, saya ingin menghentikan waktu yang membuat keriput dan uban Ibu bertambah. Saya benci melihatnya menua.” – Fiersa Besari

109. “Terlalu pandai menduga-duga, lalu mundur karena berprasangka tanpa memastikan. Ternyata salah paham. Lantas menyesal.” – Fiersa Besari

110. “Selama belum bisa menghitung napas, semoga tidak lupa untuk bersyukur sebelum mengeluh; memberi sebelum meminta; berdoa sebelum berjuang.” – Fiersa Besari

111. “Terlalu memikirkan kebahagiaan orang lain; lupa merasakan kebahagiaan sendiri.” – Fiersa Besari

112. “Menjadi seseorang terdidik bukan hanya tentang hafal mata pelajaran dan dapat nilai bagus di kelas, melainkan juga perihal menggunakan ilmu yang dimiliki untuk kebaikan sesama.” – Fiersa Besari

113. “Catatan untuk diri sendiri: Tetap sebarkan kebaikan. Siapa tahu besok meninggal.” – Fiersa Besari

114. “Permasalahan dengan media sosial adalah: kau terlalu meminta diperhatikan, sampai-sampai ketika perhatian dunia tidak seperti yang kau harapkan, kau malah sibuk menjelaskan apa-apa yang belum tentu orang lain ingin dengarkan. – Fiersa Besari

115. “Pada akhirnya kau akan tersadar, tidak apa-apa berwajah standar, asal bisa jadi tempat bersandar.” – Fiersa Besari

116. “Yang main-main tidak perlu dianggap serius. Yang tidak punya hati tidak perlu dimasukkan dalam hati. Yang tidak punya perasaan tidak perlu dibawa perasaan.” – Fiersa Besari

117. “Segala sesuatu di muka bumi, cepat atau lambat akan berakhir. Kita pakai jalur yang paling lambat saja, ya.” – Fiersa Besari

118. “Dulu, kau biasa melenguh di atasku. Kini, kau mahir mengeluh di sebelahnya. Ini bahagiamu?” – Fiersa Besari

119. “Tidak peduli ujungnya bakal sakit hati, memang sudah menjadi kebutuhan manusia untuk jatuh hati. Sama seperti orang kenyang yang akan lapar lagi.” – Fiersa Besari

120. “Mengeluh sajalah, manusiawi. Tapi jangan lupa bersyukur karena masih bisa mengeluh.” – Fiersa Besari

121. “Pepatah berkata, “Lakukan hal yang kau sukai, sukai hal yang kau lakukan,” seolah hidup sesimpel itu. Padahal, ada banyak hal yang mesti kita lakukan, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, demi kebahagiaan keluarga dan orang-orang yang kita sayangi.” – Fiersa Besari

122. “Hidup adalah perjalanan. Bahkan jejak yang terburuk pun berhak melangkah menuju kebaikan. Bahkan manusia yang terbangsat pun berhak mendapatkan pengampunan.” – Fiersa Besari

123. “Twitter tidak bisa menenangkanmu dengan pelukan. Aku bisa.” – Fiersa Besari

124. “Dulu, saya selalu merasa, apa yang rusak, baiknya dibuang saja—termasuk hubungan. Sekarang, saya tahu, ada kalanya kita harus mencoba memperbaiki, perlahan. Prosesnya tidak selalu lancar. Seringkali mesti menemui jalan buntu. Tapi, bukankah perjuangan memang tidak mudah?” – Fiersa Besari

125. “Dunia maya terasa sesak, tanpa sempat memberi jarak. Banyak cuitan didukung sorak, tak sedikit pula dibilang norak. Apa pun itu selalu semarak. Tanpa sadar pemikiran kita mengerak, mengendap di otak tanpa pernah bergerak, berujung tak lebih dari seonggok berak.” – Fiersa Besari

126. “Sudah memperhatikan, sudah menyapa, sudah ngobrol, sudah tanya-tanya, sudah janjian, sudah ketemuan, saya merasa cocok, eh ternyata tidak jadi . Dasar jual-beli online.” – Fiersa Besari

127. “Heran saya. Jadian sudah lama, dan enggak pernah pamer cinta-cintaan, disebut bucin. Lantas, Anda sendiri yang tiap malam senyum-senyum sendiri padahal cuma diberi harapan tanpa kepastian, disebut apa? Bucinhalu?” – Fiersa Besari

128. “Medsos adalah media untuk menuangkan pemikiran dan perasaan. Kalau lagi ingin ngereceh, luapkan. Kalau lagi ingin cerita, bagikan. Tak perlu dipikirkan orang lain suka atau tidak. Simpel. Jangan lupa makan sayur dan berolahraga. Salat lima waktu dirikanlah. Karena hidup ini fana.” – Fiersa Besari

129. “Diam disangka tidak peduli. Giliran berpendapat dibilang baperan. Tidak membalas dibilang sombong. Giliran membalas disangka modus. Prasangka buruk memang lebih mudah tumbuh dibanding prasangka baik.” – Fiersa Besari

130. “Perjuangan bukan menyoal maju terus pantang mundur. Melainkan perihal maju, berhenti, atur strategi, maju lagi, mundur sedikit, cari jalan lain kalau jalan yang di depan buntu. Tidakkah mobil pun akan menabrak jika digas pol terus-terusan tanpa mengenal rem?” – Fiersa Besari

131.”Ya, namanya juga hidup. Apa yang dicita-citakan tidak selalu sejalan dengan kenyataan. Tapi, kita selalu memiliki pilihan. Diam untuk menyesali bencana, atau bergerak untuk menyusun rencana.” – Fiersa Besari

132. “Bahasa digital minim intonasi, seringkali membuat salah persepsi. Yang berpikiran pendek akan mudah emosi. Padahal amarah adalah refleksi, dengan apa hati kita terisi.” – Fiersa Besari

133. “Minta pin, ngobrol, ketemuan, jadi dekat, lalu jadian. Pas bahagia, update status bijak. Pas marahan, ganti DP jadi hitam dan ganti nama jadi titik. Paling kesal dengan Broadcast. Paling sebal kalau di-ping. Tapi, semua tinggal kenangan. Terima kasih perjalanannya, BBM.” – Fiersa Besari

134. “Demokrasi dimulai dari hal sederhana. Mengganti, “Aku enggak suka kamu keluar sama mereka,” jadi, “Aku percaya sama kamu, tolong dijaga. Jangan pulang terlalu malam. Kabari.” – Fiersa Besari

135. “Heran saya. Tiap segerombolan cowok melihat cewek lewat di depan mereka, langsung bisik-bisik, “Tuh, lihat. Bulet banget.” Ya, memangnya, apa yang Anda harapkan? Jajaran genjang?” – Fiersa Besari

136. “Jefri Nichol bisa mendapatkan hati netizen Twitter dengan six pack-nya. Nicholas Saputra bisa mendapatkan hati netizen Instagram dengan selfie-nya. Tapi saya yakin, cuma saya yang bisa mendapatkan hati ayahmu dengan pembuktian bahwa saya akan membahagiakan anaknya.” – Fiersa Besari

137. “Tiap kali kau susah bangun, ingin kubisikkan di telingamu, “Man Robbuka””. – Fiersa Besari

138. “Kurangi ngotot. Perbanyak ngaca. Kurangi bacot. Perbanyak baca.” – Fiersa Besari

139. “Kelakuanmu. Dijadikan bahan gibah dosa, tak dijadikan bahan gibah mubazir.” – Fiersa Besari

140. “Kita pernah muda, bodoh, dan tidak berani menyatakan rasa. Hingga akhirnya kau bertanya, “Lho, kenapa enggak bilang dari dulu?” ketika semuanya sudah terlambat.” – Fiersa Besari

141. “Ngaso sambil makan gorengan dan minum kopi kapal api adalah sebenar-benarnya kenikmatan setelah beres-beres rumah.” – Fiersa Besari

142. “Roda kehidupan berputar. Yang terbiasa diberi undangan pun kelak akan memberi undangan.” – Fiersa Besari

143. “Sebelum sukses: “Udah, nyerah aja. Karyamu jelek” . Setelah sukses: “Apaan sih? Bosen. Karyamu ada di mana-mana”. Kalau memang sudah dengki, mau kita seperti bagaimana juga, akan tetap dengki. Tidak apa-apa. Doakan saja cepat ketemu Tuhan. Amin.” – Fiersa Besari

144. “Hari Minggu beberapa tahun yg lalu: Aku main ke rumahmu, bertemu orang tuamu. Meski gugup, rasanya menyenangkan. Hari Minggu kali ini: Aku scroll timeline, melihat foto keluarga kecilmu yang bahagia, Aku menghela napas. Rasa benci dan perihnya sudah lama hilang. Kenangannya menetap.” – Fiersa Besari

145. “Kita boleh tenggelam dalam euforia pesta demokrasi. Tapi jangan lupa, ketika pestanya selesai, banyak yg mesti dibereskan: pendidikan, kesejahteraan, hingga HAM. Ingat, siapa pun yg menang, membangun negeri adalah tugas bersama. Bukan dengan perpecahan, melainkan dengan persatuan.” – Fiersa Besari

146. “Janjian. Tidak perlu memberi tahu kalau sedang rindu. Malah membuat tidak fokus bekerja dan ingin cepat bertemu. Semisal pekerjaan sudah beres, saya langsung ke sana saja. Nanti gantian, kau yang ke sini. Sementara waktu, saling mendoakan.” – Fiersa Besari

147. “Kau dengan duniamu saja. Biar saya dengan dunia saya. Tidak perlu saling saling memaksa suka hobi masing-masing. Nanti, kalau sudah waktunya bertemu, kita akan punya banyak hal untuk diceritakan, juga didengarkan. Tapi, selagi jauh, tolong jaga kepercayaan. Terima kasih.” – Fiersa Besari

148. “Jatuh hati, kurang menyenangkan jika dilakukan sendirian.” – Fiersa Besari

149. “Seringkali, saya iri kepada mereka yang mudah sekali tertawa; yang sudah ketawa duluan sebelum beres cerita; yang ketika sudah beres cerita, ternyata tidak lucu.” – Fiersa Besari

150. “Persepsi kebenaran selalu berubah. Sains yg dulu dianggap sihir, kini dipakai sebagai landasan. Mentari yg dulu dianggap memutari bumi, ternyata merupakan pusat dari revolusi planet. Maka jangan heran jika seseorang yg dulu menganggapmu selalu benar, kini bisa berbalik membencimu.” – Fiersa Besari

151. “Terima saja bahwa perbedaan tidak perlu disamakan, dan keberagaman bukan untuk diseragamkan.” – Fiersa Besari

152. “Cemberutmu yang merayu, rambutmu yang bau apek, obrolanmu yang tak fokus kudengarkan, tawamu yang adiktif, matamu yang menjelma bimasakti, genggamanmu yang membuat jantungku berlomba. Tolong kosongkan sampingmu, karena di sanalah tempatku pulang.” – Fiersa Besari

153. “Sebetulnya, kita lebih banyak samanya dibandingkan bedanya. Sama-sama makan. Sama-sama berdarah merah. Sama-sama bisa ketawa. Sama-sama bisa patah hati. Sama-sama takut virus yang sama. Kita cuma terlalu rajin mempermasalahkan perbedaan yang sebenarnya enggak masalah-masalah banget.” – Fiersa Besari

154. “Tatkala kau sudah tak bisa bebas bergerak, terduduk letih di kursi favoritmu. Kau bercerita tentang masa mudamu dulu, tentang perjalanan hidup hingga akhirnya aku lahir. Katamu, aku anugerah, yang kian dewasa kian pintar melawanmu. Tapi masih saja kau sayangi sepenuh hati.” – Fiersa Besari

155. “Kita selalu punya pilihan antara merendahkan ego sendiri, atau merendahkan orang lain. Selalu. Kita saja seringkali lupa ngerem kalau sudah terlalu ngegas.” – Fiersa Besari

156. “Makin tua, kita makin terbiasa dengan kematian. Kita makin mengerti cara menghadapi duka. Kita tahu bahwa kematian adalah fase yang akan dialami semua orang. Di saat yang sama, kita akan memaklumi ketika orang lain, atau diri sendiri, menangis. Bersedih adalah bagian dari proses.” – Fiersa Besari

157. “Enggak apa-apa. Enggak harus langsung mengambil langkah besar. Kita bisa mulai pelan-pelan, dengan langkah kecil setiap harinya. Yang penting dicoba.” – Fiersa Besari

158. “Ikhlas enggak pernah gampang. Tapi selalu jadi opsi yang baik. Mau sampai kapan bawa-bawa dendam?” – Fiersa Besari

159. “Kita sering kali disuruh tersenyum; diminta bahagia; dipaksa bersyukur. Padahal, rasa kecewa adalah bagian dari menjadi manusia. Masalah mestinya dibereskan, bukan dipendam lalu pura-pura semuanya baik-baik saja.” – Fiersa Besari

160. “Kalau enggak dicoba, enggak bakalan pernah tahu. Syukur-syukur berhasil. Kalau gagal pun, setidaknya enggak akan penasaran lagi.” – Fiersa Besari

161. “Masih banyak orang baik. Kitanya aja selama ini nengok ke arah yang salah.” – Fiersa Besari

162. “Kau adalah yang paling kubuat tidak apa-apa. Aku adalah yang paling kaubuat bukan siapa-siapa.” – Fiersa Besari

163. “Banyak ide hebat tercipta ketika nongkrong di toilet; kemudian dilupakan seberes cebok.” – Fiersa Besari

164. “Ada yang beda darimu. Entah apa. Tapi ini bukan hal baik; ini bukan perasaan baik.” – Fiersa Besari

165. “Hidup bakalan asik-asik aja kalau kita enggak terlalu banyak kepikiran apa yang enggak seharusnya dipikirkan.” – Fiersa Besari

166. “Kita enggak perlu meyakini apa yang orang lain yakini. Tapi, bukan berarti kita boleh enggak menghormati apa yang orang lain yakini.” – Fiersa Besari

167. “Kita enggak bisa meminta dunia maya berhenti bersikap buruk. Tapi, kita selalu bisa menekan tombol power off di hape kita. Kemudian keluar sejenak untuk berbagi kebaikan. Kita selalu punya pilihan untuk jadi orang baik atau ikutan jahat.” – Fiersa Besari

168. “Kalau udah enggak bisa diperjuangkan, jangan dipaksakan. Daripada enggak akur, lebih baik mundur. Selain berhak sedih, kita juga berhak bahagia.” – Fiersa Besari

169. “Namanya juga hal-hal baru. Akan ada yang kontra. Jangankan jasa rangkai kata. Ojol saja harus bergesekan dengan opang terlebih dahulu. Tapi, pada akhirnya, di dunia yang serba cepat ini, kita cuma punya pilihan untuk berjalan dan beradaptasi, atau bertahan dan ditinggalkan.” – Fiersa Besari

170. “Kemauan saja dulu. Kemampuan nanti dulu.” – Fiersa Besari

171. “Sudah hampir tidur, tiba-tiba tersentak karena teringat kesalahan di masa lalu yang tidak bisa diperbaiki. Kemudian, rasa mengantuknya hilang. Diam, lama, merenung. Tidak mampu memaafkan diri sendiri. Pikiran buruk senang sekali menyusup.” – Fiersa Besari

172. “Enggak apa-apa. Masih ada besok. Namanya juga mencoba. Kan, enggak mesti langsung sukses.” – Fiersa Besari

173. “Ekspektasi: Nonton Vagabond karena ini adalah film Korea bergenre action. Jadi enggak akan ada acara nangis-nangisan. Realita: Baru satu episode udah mewek. Merasa lemah gini jadi laki-laki.” – Fiersa Besari

174. “Mentang-mentang besar hati, semua orang kau masukkan ke dalamnya.” – Fiersa Besari

175. “Mencari keramaian, terpaku internetan. Karena di kenyataan, terlalu kesepian.” – Fiersa Besari

176. “Kita didesain untuk menjadi pelupa seiring waktu. Menyebalkannya, kita juga didesain untuk mengingat apa-apa yang seharusnya tidak perlu kita ingat. Masa lalu dan dosa-dosanya adalah beban yang harus kita tanggung hingga entah kapan.” – Fiersa Besari

177. “Menjadi objektif memang sulit. Sudah tahu dibego-begoin, masih saja diteruskan.” – Fiersa Besari

178. “Matamu gemintang, dan kau bimasaktinya. Hatiku meteor.. jatuh dan hancur berulang kali.” – Fiersa Besari

179. “Dulu, malas sekali kalau ditanya-tanya orang tua. Sekarang, tiap ada apa-apa, selalu menyempatkan cerita pada orang tua. Saya tahu Ibu enggak mengerti saya ngomong apa. Tapi, melihat beliau antusias, rasanya hangat sekali.” – Fiersa Besari

180. “Aku, kamu, dan dunia kecil kita. Berisi hal-hal yang biasa saja. Ini sudah lebih dari cukup. Kamu sudah lebih dari cukup.” – Fiersa Besari

181. “Diingatkan baik-baik malah marah-marah; berasa yang paling teraniaya sedunia. Ya, memang lebih mudah menyalahkan semua orang kecuali diri sendiri.” – Fiersa Besari

182. ““Oke, tahun ini saya bakal tegas. Enggak mau lagi digantungin,” ucapmu dalam hati … yang ternyata cuma bertahan sehari.” – Fiersa Besari

183. “Sesekali sedih enggak apa-apa. Tapi jangan lupa sama mereka yang menyayangi kamu. Sesekali malas enggak apa-apa. Tapi jangan lupa dengan cita-citamu bikin bangga orang tua. Sesekali mengeluh enggak apa-apa. Tapi jangan lupa mensyukuri napas yang masih ada.” – Fiersa Besari

184. “Dulu, di mana dan dengan siapa melewati pergantian tahun selalu menjadi bahan pemikiran. Kesannya mesti spesial. Makin dipikirkan, makin jadi beban. Sekarang, bodo amat. Mau begadang, mau tidur, tahun akan tetap berganti. Di mana pun kita berada, yang penting bahagia.” – Fiersa Besari

185. “Minta hati pada siapa, menyerahkan hati pada siapa. Sudah pikun kau?” – Fiersa Besari

186. “Kita memiliki jalan masing-masing untuk mencapai kebahagiaan. Ada yang mudah, ada yang sulit. Tidak perlu iri dengan pencapaian orang lain. Bahagia mereka milik mereka. Bahagiamu milikmu. Tidak ada hidup yang sempurna; justru ketidaksempurnaan yang akan jadi cerita. Semangat.” – Fiersa Besari

187. “Kita sering lupa: Di balik foto profil dan tulisan tak bernada, terdapat manusia dengan beragam watak, masalah, dan suasana hati. Kita sering lupa: Yang harus dijaga perasaannya bukan cuma diri sendiri.” – Fiersa Besari

188. “Kalau bahan bakarnya cuma kenangan tanpa visi dan misi yang jelas, kita bakal berjalan, tapi mundur.” – Fiersa Besari

189. “Kesel banget. Bawaannya pengin nendang tangkuban perahu biar jadi perahu lagi.” – Fiersa Besari

190. “Mungkin, kamu enggak betulan sayang. Mungkin, kamu cuma sedang sedih dan kebetulan dia bisa menghiburmu.” – Fiersa Besari

191. “Kita cenderung merasa ngeri dengan hal yang kita enggak ngerti. Padahal, enggak semua hal yang berbeda itu buruk. Seperti enggak semua hal yang seragam itu baik.” – Fiersa Besari

192. “Kamu pintar, enggak harus ngebego-begoin orang lain.” – Fiersa Besari

193. “Amarah enggak mengenal profesi. Kata maaf selalu terhalang gengsi.” – Fiersa Besari

194. “Berkomitmen denganmu adalah adaptasi yang tidak cukup sehari. Setiap harinya petualangan. Kadang menyebalkan, seringkali menyenangkan. Beberapa kali, ingin mundur. Tapi, sepertinya hidup takkan baik-baik saja tanpamu.” – Fiersa Besari

195. “Heran saya. Kenapa saya harus heran? Padahal kalau enggak heran pun enggak mengherankan.” – Fiersa Besari

196. “Oh, masih bisa lapar. Selama ini makan teman, masih kurang kenyang?” – Fiersa Besari

197. “Jatuh berulang kali; patah berkali-kali; pada satu orang yang sama. Mungkin memang benar, kita hanyalah orang-orang bebal yang menikmati rasa sakit.” – Fiersa Besari

198. “Kasihan matahari. Terlalu terik, dikutuk mereka yang takut hitam. Memamerkan kecantikan di kala senja, diledek indie. Dihampiri gerhana dan dilingkari cincin, tapi tak dinikahi. Kelak, matahari ngambek, lalu terbit dari barat.” – Fiersa Besari

199. “Yang dulu berjanji akan selalu saling mengabari, ujungnya cuma jadi nama dan nomor telepon yang tak pernah kau hubungi. Namanya juga manusia. Yang saling dekat bisa berujung saling sekat.” – Fiersa Besari

200. “Hatimu dicuri, lalu kau kesal ketika ia tidak memberikan hatinya. Hatimu jatuh, lalu kau kecewa ketika sakit. Peringatan sudah ada sedari awal. Kau saja yang ngeyel.” – Fiersa Besari

201. “Enggak perlu dilihat terus kolom chat-nya. Enggak akan berubah. Hari ini fokus melanjutkan hidup, ya.” – Fiersa Besari

202. “Kamu, aku, adalah dua orang yang pernah dihancurkan. Dipertemukan untuk saling menyembuhkan.” – Fiersa Besari

203. “Jangan halu. Nanti malu.” – Fiersa Besari

10 thoughts on “Fiersa Besari”

  1. It¦s actually a cool and useful piece of info. I¦m satisfied that you simply shared this helpful information with us. Please stay us up to date like this. Thank you for sharing.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top