Pada suatu waktu, tersebutlah seorang samurai di Jepang yang mendengar tentang seorang Guru yang sangat terkenal.
Maka, dengan rasa iri ia pun pergi untuk menguji seberapa pintarnya di Guru itu.
Ketika akhirnya bertemu dengan si Guru tersebut, si samurai itupun menantang di Guru tersebut agar menjelaskan soal surga dan neraka.
Lantas, dengan sangat marahnya si Gurupun berkata, “Kau hanyalah orang bodoh. Aku tidak mau menyia-nyiakan waktu untuk orang sepertimu.”
Sontak saja, si samurai tersinggung. Ia lalu menghunus pedangnya dan berkata. “Aku bisa membunuhmu dengan satu sabetan saja, karena kamu sudah kurang ajar!”
Lantas, dengan tenang si Guru itu berkata dengan menunjuk ke mukanya, “Nah, itulah neraka!”
Si samurai terdiam, ia jadi terkesima. Langsung saja, ia diliputi perasaan takjub, dengan kesederhanaan dan ketenangan sang Guru. Si samurai itupun menyarungkan pedangnya kembali. Ia pun menjadi tenang, dan tersenyum.
Lalu, si Guru itu berkata lagi sambal menunjuk ke mukanya si samurai lagi, “Nah, dan itulah surga!” ujar sang Guru yang bijaksana.
Si samurai itu pun pulang dari tempat Guru dengan mendapatkan pembelajaran yang luar biasa.
– Perasaan soal surga dan neraka itu sebenarnya kaitannya dekat sekali dengan cara pengaturan emosi kita setiap hari. Kita bisa merasakan “surga” atau “neraka” dari cara kita mengatur segala emosi kita setiap hari.
– Pada akhirnya, otak akan mengalahkan otot. Berpikirlah tenang dalam situasi apapun. Jangan biarkan emosi kemarahan kita menguasai dan mengalahkan akal sehat kita.
– Bersikaplah tetap tenang, dalam situasi yang sulit sekalipun. Kita lebih mudah menemukan jalan keluar saat kita lebih tenang, daripada panik.