Seorang nenek dengan temannya sedang berdiri di pusat pertokoan sambil melihat seorang seniman yang sedang melukis di pelataran pertokoan itu.
Lama-lama nenek itu sadar bahwa pelukis itu sedang memperhatikan dia. Ia memberikan senyuman persahabatan kepadanya.
Dengan sedikit malu, seniman itu memberikan sesuatu yang terbungkus kertas cokelat. “Saya menghadiahkan ini untuk Anda,” katanya singkat.
Nenek itu membukanya, dan ternyata sebuah ukiran kayu seekor kuda.
Pelukis itu tidak memperkenalkan dirinya. Yang ia katakan bahwa dialah seorang penjaga pabrik.
Ia mengukir banyak macam gambar dari potongan-potongan sisa kayu. Bila sudah tercipta, ia akan berjalan sepanjang jalan sampai menjumpai seseorang yang menyukai hasil karyanya.
Teman nenek itu mempunyai toko souvenir. Dia mengagumi ukiran kuda itu. “Ukiran ini sangat bagus. Bisa kita jual. Anda bisa membuat banyak ukiran dan dikirimkan ke toko kami,” ia menjelaskan.
Orang itu menggelengkan kepalanya. “Jika saya menjual ukiran-ukiran ini, membuat saya terbebani akan tugas. Saya mendapatkan kebahagiaan dengan jalan ini.”
Sejak itu nenek tak pernah berjumpa lagi dengan seniman itu. Akan tetapi, ukiran kuda yang kecil menjadi miliknya yang berharga.
Bila ia memandangnya, ia teringat akan pemberinya dan berdoa agar kemurahan hatinya mendapatkan imbalan. Baginya, itulah hadiah yang bermakna.
Diberikan oleh seorang yang tak dikenal tanpa mengharapkan pamrih. Inilah arti cinta yang benar.
Thank you very much for sharing, I learned a lot from your article. Very cool. Thanks.
I don’t think the title of your article matches the content lol. Just kidding, mainly because I had some doubts after reading the article.