Di sebuah negeri, ada seorang raja yang ingin menghadiahkan kalung berlian indah kepada sang buah hati, putri kesayangannya. Tapi beberapa hari kemudian, kalung itu hilang.
Seluruh rakyat kerajaan itu sudah dikerahkan untuk mencari kalung di mana-mana tapi sia-sia saja.
Lalu, sang raja meminta rakyatnya untuk terus mencari kalung berharga itu dan berjanji memberikan hadiah yang sangat besar bagi siapa pun yang berhasil menemukannya.
Suatu hari seorang juru tulis berjalan pulang dengan melewati sebuah sungai kecil yang airnya kecokelatan.
Selagi berjalan santai, si juru tulis melihat ada sesuatu yang berkilau-kilau di permukaan air sungai. Ketika diamati dari dekat, ia seperti melihat gambaran kalung. ”Wah… ini pasti kalung milik sang putri. Inilah kesempatan emasku untuk menjadi kaya,” ujar si juru tulis.
Tanpa ragu, si juru tulis memasukkan tangannya ke dalam air sungai dan berusaha mengambil kalung itu. Tapi entah kenapa ia tidak bisa mengambilnya.
Setelah mengeluarkan tangannya dari air sungai, ia melihat lagi ke dalam sungai dan gambarannya pun masih terlihat. Ia pun mencobanya lagi. Kali ini ia masuk ke dalam sungai, sehingga celananya pun menjadi kotor.
Seluruh tangannya dimasukkan ke dalam sungai yang dangkal itu, dan mulai mencari-cari kalung berlian di dasar sungai. Anehnya, ia tetap tak bisa menemukannya! Ia keluar dari sungai, merasa sedih sekali.
Ketika dilihat kembali ke permukaan sungai, gambaran kalung itu masih saja ada di sana. Kali ini, si juru tulis bertekad mendapatkannya.
Ia pun memutuskan untuk menceburkan dirinya ke dalam sungai, meski sadar betul seluruh tubuhnya akan menjadi kotor. Tapi, tetap saja ia tak bisa menemukan dan kehabisan akal.
Saat itu muncul seorang tua yang bijak. Melihat wajah sedih campur bingung si juru tulis, bertanyalah orang tua bijak itu, ”Ada apa, anak muda? Adakah yang bisa kubantu?”
Meski awalnya merasa ragu, si juru tulis akhirnya memutuskan untuk bercerita semuanya pada orang tua itu. Setelah mendengar cerita si juru tulis, orang tua itu menasihatinya.
”Cobalah kamu menengadah ke atas, ke dahan-dahan pohon. Mungkin seekor burung gagak ‘mencuri’ kalung itu dan menjatuhkannya.”
Dengan segera si juru tulis melihat ke pepohonan di atasnya, dan benarlah.. kalung itu menggantung di dahan sebuah pohon. Jadi selama ini yang berusaha ia tangkap hanyalah refleksi kalung yang asli.
Kebahagiaan materi bisa dianalogikan seperti sungai berpolusi dan kotor dalam cerita tadi. Itu hanyalah refleksi dari kebahagiaan sejati di dalam dunia spiritual.
Kita tidak akan pernah bisa meraih kebahagiaan yang kita cari, sebesar atau sekeras apa pun usaha yang kita kerahkan dalam dunia materi. Sebaliknya, andalkan Sang Mahakuasa, yang menjadi sumber kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.
Kebahagiaan spiritual adalah hal yang mampu memberikan kita kepuasan. Karena itu, marilah kita berusaha dan berjuang untuk mendapatkan kebahagiaan sejati selama kita masih hidup di dunia ini, saat ini dan seterusnya.