30

Pelaut dan Profesor

Ada kisah mengenai pelaut tua dan seorang professor. Ini terjadi di zaman ketika orang orang masih bepergian dari satu Negara ke Negara lain menggunakan kapal laut, sebelum era penerbangan murah seperti zaman sekarang. Profesor ini hendak pergi dari Sidney ke San fransisco utk memberikan kuliah tamu.

Pada malam pertama di atas kapal, usai bertolak dari Sydney, Profesor barusan mendapat makan malam luar biasa menyenangkan di aula perjamuan, lalu ia pergi ke dek untuk menghirup udara segar laut. Ketika berjalan di dek, ia melihat seorang pelaut tua yg tengah bersandar di pinggiran kapal, menatap ke samudra di bawahnya.

Ia memutuskan untuk bercakap cakap dgn pelaut ini, karena meski kelihatannya pekerjaan sebagai pelaut ini sederhana, namun pria ini pasti telah mengarungi samudra selama waktu yg sangat lama. Pasti ia telah mempelajari sesuatu yg berguna. Professor selalu ingin meningkatkan limpahan pengetahuannya yang ia pikir sebagai makna hidupnya. Ia menghampiri pelaut itu dan berkata,” Pak tua, sudah berapa lama Anda melaut?”

Pelaut menjawab,” Sejak masih bocah, sekitar umur tiga belas,” Luar biasa!” kata Profesor,”Anda pasti tahu bahwa di lautan yg kita arungi ini ada begitu banyak kehidupan. Sebagai pelaut yg telah banyak makan asam garam, Anda pasti pakar dalam ilmu biologi kelautan, mengenai semua hewan yg menggantungkan hidupnya pada samudra di bawah kita ini, berikut semua arus dan terumbu karangnya. Mari kita berbincang mengenai oceanologi, ilmu kelautan.”

Pelaut bingung,” Haa? Emang laut ada ilmunya?

Apa?! “seru professor,” bertahun tahun di laut ANda tidak pernah membaca buku atau belajar mengenai isi samudra di bawah Anda?”

“Nggak lho” kata pelaut. ”Anda sudah menyia nyiakan waktu Anda!” tukas professor seraya melangkah pergi dgn rasa kesal pada pria tua ini yang telah menghabiskan hidupnya di samudera tanpa pernah mempelajari mengenainya..

Besok malamnya, professor mendapat makan malam yg sangat lezat lagi sehingga hatinya sangat baik. Jadi ketika ia berjalan di dek utk kedua kalinya, lagi lagi si pelaut tua sedang berjaga di sana. Kali ini si pelaut sedang memandangi bintang bintang.

Kebetulan pula bahwa ini pun salah satu hobi professor : astronomi. Ia berpikir,”Ah , sudahlah. Pria tua malang ini mungkin tidak tahu banyak mengenai oceanologi, namun ia pasti tahu mengenai astronomi.: di zaman sebelum ada GPS, begitulah cara kita mengarungi lautan tanpa tersesat- dengan panduan bintang. Maka ia mendekati pelaut tua itu,” saya minta maaf soal kemarin malam. Anda mungkin tidak banyak tahu mengenai oceanologi, namun berani taruhan Anda pasti tahu mengenai astronomi, yg kebetulan hobi saya juga. Coba lihat rasi bintang Beruang Besar disana!

Pelaut itu terkesiap,”Beruang Besar apaan?” Itu! Bintang itu… di langit utara sana!” tunjuk professor,” Anda pasti tahu astronomi, itu kan yg memandu arah kapal kita!”Pelaut bingung,”Saya tidak tahu Anda omong apa.Kapten yg tahu soal beginian, bukan saya.”Apa?! lengking Profesor,”Bertahun tahun di laut, melihat langit di atas, Anda tidak pernah peduli belajar astronomi? Anda menyia nyiakan hidup saja !” Profesor pun melangkah dengan muak.

Pada malam ketiga, koki membuat makan malam yg luar biasa lezat, sehingga membuat suasana hati professor itu begitu nyaman. Ketika ia pergi ke dek, malam itu begitu indah, udara laut sepoi, semerbak, segar, sampai professor membatin,” Ya, sudahlah, aku akan memberinya kesempatan lagi.” Rupanya ia adalah professor di bidang meteorologi.

Ia menyadari bahwa para pelaut mungkin tidak tahu soal ilmu kelautan atau ilmu perbintangan, namun mereka pasti tahu soal cuaca. Sebab cuaca meliputi pola dan tenaga angin yang mendorong kapal, serta mengenai badai yang bisa menenggelamkan kapal, jadi cuaca pasti mutlak dipahami pelaut tua ini.

Ia menghampirinya dan berkata,” Maafkan saya. Sungguh saya minta maaf. Perangai saya jelek sekalu dua malam terakhir ini. Saya telah salah menilai Anda. Anda mungkin tak tahu menahu soal oceanologi atau astronomi, tapi saya yakin Anda pasti tahu soal meteorology, mengenai angin, cuaca yang bisa menghancurkan atau mendorong kapal ini ke tujuan.”
“meteor apa?! Kata pelaut.”Angin dan badai..” curiga professor.”saya tidak tahu apa apa. Saya Cuma pelaut biasa.” Ujar pelaut dengan lugunya. Murkalah professor,”Apaaaa?! Tolol! Dungu!Begoo! Bertahun tahun di laut! Betapa sia sianya! Kau sia siakan seluruh hidupmu! Profesor pergi dan bersumpah tak akan pernah bicara dengan orang bodoh itu lagi.

Malam keempat di laut, ia tidak hadir ke aula perjamuan untuk makan malam karena malam itu samudra mengamuk. Professor mabuk laut, menaruh apa pun dalam perutnya hanya akan langsung keluar lagi, jadi ia istirahat saja dalam kabinnya.

Malam makin larut, badai makin parah. Ia sampai bisa merasakan kapal makin bergoyang. Ia bisa merasakan gelombang laut menampar kapal dari jendela kabin. Sungguh cuaca malam itu sangat buruk. Ketika badai mencapai puncaknya pada tengah malam. Ia mendengar suara tabrakan, dentuman besar! Ia merasa takut. Setelah bunyi keras itu, sesaat hanya ada keheningan, diikuti suara orang berlarian dan kegaduhan di luar pintu kabinnya. Panik, ia membuka pintu dan coba tebak siapa yang sedang berlari di luar sana?

Si pelaut tua. Si pelaut tua itu berhenti sesaat, berpaling kearah professor dan berkata,”Pak professor, selama bertahun tahun Anda hidup, pernahkah Anda belajar berenang?”” Emm… tidak ada…” lirih professor.”Sia sia sekali hidup Anda ! Kapal ini akan tenggelam!” seru pelaut.

Moral kisah ini… wahai professor tua tolol, boleh saja belajar astronomi, oceanologi, atau meteorology, tapi yang paling penting untuk diketahui seorang pelaut adalah cara berenang.

Demikian pula, hal terpenting untuk diketahui dlm hidup bukanlah mengetahui soal elektronika, mobil, teknologi tapi bagaimana menjaga kepala tetap di atas permukaan air di dalam arus dan gelombang ketidakpastian hidup, namun sudahkah Anda belajar berenang andaikata kapal Anda tenggelam? Ketika Anda kehilangan seluruh harta Anda, bursa saham jatuh, ditinggalkan pasangan, ditinggal mati orang tersayang? Jika belum, maka kecewa dan duka akan meneggelamkan Anda.
Jadi apa yang dimaksudkan dengan berenang?

Mengetahui cara untuk peduli, berwelas asih, mengetahui apa yang benar benar penting dalam hidup. Pada saat itu, Anda tidak akan pernah tenggelam.

Memang masih akan terjadi hal hal yang tidak kita inginkan. Masih akan ada orang yang Anda sayangi meninggal, perpisahan, kehilangan, namun Anda memiliki welas asih luar biasa untuk melepas, kepedulian luar biasa terhadap lingkungan, tidak marah namun memiliki kasih sayang hebat terhadap masa lalu, terhadap masa masa indah yang dijalani bersama, untuk bisa mengucap terima kasih banyak.

Cinta kasih dan welas asih ini adalah apa yang membuka pintu hati menuju kenyataan – kehidupan dan kematian.

sex movies
white amateur gets railed. porn videos sexy men lucky for him he met the bukkake folks and got what he.
xnxx hindi

Click Here to Leave a Comment Below 30 comments
agus - September 4, 2013

memang dalam hidup kita harus menghargai profesi orang lain karena setiap orang punya kelebihan masing-masing kata orang jawa kita harus saling sawang sinawang

Reply
hilman - September 5, 2013

hal-hal sederhana atau mendasar terkadang sering terabaikan dalam hidup ini, padahal hal tersebut justru menjadi sangat penting untuk diri kita manakala sesuatu terjadi menimpa diri kita

Reply
Kata Inspirasi - September 6, 2013

Bagi profesor :jangan sombong karena mengetahui banyak hal, toh tetap saja ada yang tidak dipelajari di kehidupan.
Bagi pelaut : juga jangan sombong, resiko kapal tenggelam akan lebih kecil jika mau lebih banyak belajar tentang profesinya.
Like this story. Saya simpan di evernote saya. Thanks admin.

Reply
@gamblis - September 10, 2013

Sama sama sombongnya

Reply
baron kampiau - September 11, 2013

kadang kerana ilmu membuat kita sombong dan tidak mahu belajar perkara yang remeh-temeh…

Reply
Bagus - September 11, 2013

Bagus bgt crita na

Reply
tj - September 18, 2013

keren ane ikut sedot nih

Reply
siti layla syarifah munawaroh - September 22, 2013

itulah kehidupan,terkadang seorang yang memang memiliki gelar tinggi pun tetap melemahkan orang kecil,harus di sadari bahwa sekolah maupun gelar tinggi tidak menjamin etika dan perilaku hidup terpuji..

Reply
febry EXreme'forevers - October 15, 2013

yah terkadang kita meremehkan orang

Reply
shaktider - October 20, 2013

kisah yg inspiratif, sedot gaaan

Reply
ahmaduchrhowi - October 23, 2013

Inti dari semua diatas yang terutama adalah akhlak yang kemudian dibaringi dengan akal mengenai kesabaran dan keuletan dalam menanggapi dan mengontrol apa yang kita miliki…

Reply
Nita Karunia - October 23, 2013

setiap manusia tentu punya kekurangan dan kelebihan, syukuri apa yang kita punya ,dan jangan pernah sombong atau meremehkan orang lain.
aku suka .

Reply
irma - October 27, 2013

kita harus saing menghormati kelbihan dan kekurangaan masing masing setiap orang

Reply
eka - October 28, 2013

good….. cerita yang penuh makna untuk mensyukuri hidup ini dan jangan pernah meremehkan orang lain.

Reply
Agli syahril - November 14, 2013

Kisah ini sngat menyentuh.,n penuh peljaran.,bagi yg akan mempelajari khidupan yg nyata.olehx itu.,ttp sjuk d saat panas.,n peljari yg trpnting adlah bgaiaman mbuat sang kuasa ridho ma kita.

Reply
Zein Xi More Hati - November 15, 2013

berarti profesor dan pelaut sama-sama memiliki pengetahuan yg tidak sama.

Reply
granat kacao(spentiba) - December 7, 2013

stiap orng psti brbeda”
bgt pula dg keahlian
jk profesor tw sgl ilmu sehrsnya dy mngjri pelaut. ingt kita makhluk sosial

Reply
ed - December 29, 2013

hal terpenting untuk diketahui dlm hidup bukanlah mengetahui soal elektronika, mobil, teknologi tapi bagaimana menjaga kepala tetap di atas permukaan air di dalam arus dan gelombang ketidakpastian hidup,

Reply
Hans - February 12, 2014

Gue jadi ngebayangin klo sang profesor sebagai Tuhan dan nelayan sebagai hambaNya. Apa yang akan kita jawab nti ketika Tuhan mempertanyakan tentang Dia dan apa yg kita lakukan selama hidup.. Astaghfirullah

Reply
adipranoto1 - June 25, 2014

itu makna kehidaupan,profesi dan keahlian setiap orang berbeda, tinggal bagaimana cara menyikapinya………………………………

Reply
syarif - August 11, 2014

memotivasi, alhamdulilah dapat ilmu dan pelajaran baru.

Reply
Dandi - September 2, 2014

itu lah yg bisa kita pelajari,
semua orang mempunyai kelebihan masing-masing
maka dari itu jangan lah kita sombong,
walaupun kita mempunyai kelebihan,
tetapi ada yg masih lebih dari kita,..
trimakasih telah membaca cerita ini
semoga kita bisa ambil hikmah nya
by : Dandi

Reply
Muhammad,rio - September 4, 2014

jangan perna menghina orang lebih kecil dari kita karana itu bisa membuat dia tersinggung
Itu yang bisa saya simpulkan dari ceri tersebuat semoga kalian dapat menghargai apa itu prestasi
Wasalam

Reply
Bocahliar - September 24, 2014

cukup bermakna , sy cuma bisa bilank , tak selamnya kaki kanan di depan…
mungking klo kita bisa pikir2 bahwa materi dan pelajran itu hanya didapat dri sebuah pengalaman yg bisa di ungkapkan secara kata2 dan suatu gambaran kejadian tapi tdk dgn suasana secara langsung beserta hal2 yg tdk bisa diungkapkan secara kata2 dan ilustrasi…
mngking kta semuasudah tahu bahwa semua orng akan mati , cuma waktu ,tempat, dan kejadiannya kita blm tahu
🙂 salam ‘pencoret coret setia dinding dunia maya..

Reply
razi - May 23, 2015

good story gan….
izin share ya…..

Reply
syifa fitriana - October 6, 2015

kisah yg sgt menginspirasi. Yg musti kita ingat, beda profesi berarti beda pengetahuan. Namun yg keliru di sini pikiran dangkal keduanya.

Reply
Fernanda Eko Aprilianto - December 20, 2015

Ceritanya mengajarkan tentang moral, luar biasa..

Reply
hendra - April 22, 2016

Izin copas ya

Reply
deskar - May 14, 2016

iniii bnr2 kunci hidup….

Reply
Batu, Kerikil, dan Pasir | Cerita Motivasi - Kumpulan Kisah Inspirasi Terbaik - March 21, 2018

[…] Profesor menjelaskan, menempatkan pasir terlebih dahulu di toples akan menyebabkan tidak ada ruang untuk batu atau kerikil. Demikian pula, mengacaukan hidup anda dengan hal-hal kecil akan menyebabkan anda tidak memiliki ruang untuk hal-hal besar yang benar-benar berharga. […]

Reply

Leave a Reply: