Menggenggam Harapan

Sepasang suami isteri menggelar dagangannya di trotoar jalan. Saat itu petang turun terburu-buru. Lampu jalan cukup terang untuk menerangi dagangan mereka.

Di kanan kiri tumpukan puing-puing bongkaran pasar mengepung. Di depan berlalu-lalang kendaraan dan langkah-langkah cepat.

Siapa pula tertarik membeli? Namun, mereka berdua silih berganti menyapa dan menawarkan dagangan.

Kaos anak warna-warni, setangan sebungkus tiga, rok kecil, dan entah apalagi.

“Wahai suami isteri pedagang, mengapa kalian yakin ada yang membeli dagangan itu. Bagaimana kalian bias menjajakan barang di keremangan dan keriuhan seperti ini?”

“Kami tak kehilangan harapan”, begitu jawabnya.

“Itulah satu-satunya kekuatan kami. Kami tak tahu apa dan bagaimana membesarkan usaha ini, namun kami tahu harapan takkan pernah meninggalkan mereka yang menggenggamnya.”

Berterimakasihlah pada orang-orang kecil yang memberikan teladan dan menebarkan harapan perbaikan hidup pada kita. Mereka tiang penyangga yang menahan langit dari keruntuhan. Mereka peredup terik mentari kehidupan yang ada kalanya terasa panas membakar.

705 thoughts on “Menggenggam Harapan”

  1. Hidup harus punya harapan…. dari kita lahir sampai senja nanti hidup harus bersama dengan harapan… hidup tanpa harapan bagai macan ompong yang hanya mengandalkan pemberian orang lain. maaf klo comment saya kurang berkenan sob.
    salam kenal dan sukses selalu dari blogger kampung Jojoran 🙂

  2. Genggamlah harapan dg penuh kesabaran, tawakkal dan jalanilah dg ketulusan, dan keikhlasan. Hiduplah dg mimpi, krn ia akan memberi semagat hidup dlm diri kita.

  3. Asep Bobby Sulaeman

    tulisan terlalu pendek, tapi meningkatkan gairah semngat kpd sya. trm ksh ya..

  4. Harapan adalah tujuan kita hidup, tanpa harapan buat apa kita hidup?
    Esok adalah harapan yang masih suci seperti lembaran kertas yang belum tertulis. 😉 semangat untuk menjalani hidup